Pengikut

Sabtu, 18 Juni 2016

laporan anfisman saraf




LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM
SARAF MANUSIA
Dosen Pengampu Mata Kuliah Anatomi Fisiologi Manusia
Martina Kurnia Rohmah, S.Si,. M.Si
Acivrida Mega Charisma, S.Si,. M.Si





 







Nama Kelompok :
1.      Ike Yuyun                                  (15010100005)
2.      Kharisma Aprilia P                     (15010102006)
3.      Merinsa Chorry .H                     (15010101009)
4.      Tami Al Riyanti                         (15010103017)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
RUMAH SAKIT ANWAR MEDIKA
D3 Analis Kesehatan
2015/2016


A.    JUDUL  PRAKTIKUM   : STRUKTUR ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM SARAF MANUSIA

B.     TUJUAN PRAKTIKUM :
Memperkenalkan struktur anatomi saraf manusia, melakukan uji gerak refleks, dan menentukan bagian saraf yang mengatur refleks.

C.    DASAR TEORI
Sistem saraf ialah salah satu organ yang berfungsi untuk menyelenggarakan kerja sama yang rapih dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh. Dengan pertolongan saraf dapat kita menerima suatu rangsangan dari luar pengendalian pekerjaan otot. Pembagian susunan saraf yaitu; susunan saraf pusat, yang terdiri dari medula spinalis dan otak (otak besar, otak kecil, dan batang otak); susunan saraf perifer, yang terdiri dari susunan saraf somatik dan susunan saraf otonom (susunan saraf simpatis dan susunan saraf parasimpatis) (Syaifuddin, 2006).
Susunan saraf dibagi atas dua bagian penting: (1) Susunan Saraf Pusat atau Sistem Serebrospinal dan (2) Susunan Saraf Otonom, yang mencakup Susunan Saraf Simpatis dan Susunan Saraf Parasimpatis. Susunan saraf pusat terdiri dari otak dan sumsum tulang belakang, dan urat-urat saraf atau saraf cabang yang tumbuh dari otak dan sumsum tulang belakang tadi, yang disebut urat saraf periferi (urat saraf tepi). Jaringan saraf membentuk salah satu dari empat kelompok jaringan utama pada tubuh (Pearce, 2004).
Sistem saraf merupakan salah satu sistem koordinasi yang bertugas menyampaikan rangsangan dari reseptor untuk dideteksi dan direspon oleh tubuh. Sistem saraf memungkinkan makhluk hidup tanggap dengan cepat terhadap perubahan-perubahan yang terjadi di lingkungan luar maupun dalam. Untuk menanggapi rangsangan, ada tiga komponen yang harus dimiliki oleh sistem saraf, yaitu: reseptor, adalah alat penerima rangsangan atau impuls. Pada tubuh kita yang bertindak sebagai reseptor adalah organ indera. Penghantar impuls, dilakukan oleh saraf itu sendiri. Saraf tersusun dari berkas serabut penghubung (akson). Pada serabut penghubung terdapat sel-sel khusus yang memanjang dan meluas. Sel saraf disebut neuron. Efektor, adalah bagian yang menanggapi rangsangan yang telah diantarkan oleh penghantar impuls. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar (Pearce, 2004).
Sistem saraf merupakan sistem koordinasi yang berfungsi sebagai penerima dan penghantar rangsangan ke semua bagian tubuh tersebut. Jadi daringan saraf merupakan jaringan komunikasi dalam tubuh. Sistem saraf merupakan sistem yang berhubungan dengan seluruh bagian tubuh pada umumnya. Sistem saraf mengatur aktivitas alat-alat tubuh yang mengalami perubahan relatif cepat, seperti pergerakan otot rangka, pergerakan otot polos dan sekresi kelenjar (Raven, 1981).

Jaringan paling rumit dalam tubuh kita adalah jaringan saraf. Kerumitan ini berasal dari kemampuan sel-sel saraf untuk berkomunikasi satu sama lain dengan jenis-jenis sel-sel lain (sel otot, sel-sel kelenjar). Semua sel yang membentuk satu kesatuan kelompok itu berada dalam komunikasi satu sama lain melalui sinyal elektris dan peranan kimiawi yang membentuk dan memelihara kesatuan sel ini sebagai keseluruhan sistem saraf dapat dibagi dalam satu sisotem (Bevalender, 1998).
Sistem saraf volunter (saraf sadar) terdiri atas saraf pusat dan saraf tepi. Saraf pusat terdiri atas otak (otak kecil dan otak besar) dan sumsum lanjutan, serta sumsum tulang punggung. Sedangkan saraf tepi terdiri atas 12 pasang urat saraf otak dan 31 pasang urat saraf sumsum tulang belakang (Irianto, 2008).
Neuron sensori dapat meneruskan impulsnya langsung ke neuron motor sambungannya terdapat di sistem saraf pusat. Tetapi seringkali impuls dari neuron sensoris melewati satu atau banyak interneuron sebelum akhirnya mencapai neuron motor. Sistem saraf pusat terdiri dari jutaan interneuron. Kemampuan suatu organisme untuk beraksi terhadap perubahan di dalam lingkungannya memerlukan tiga komponen yang berlainan. Pertama, reseptor rangsangan. Reseptor rangsangan ini merupakan struktur yang mampu mendeteksi sejenis perubahan tertentu di dalam lingkungan dan mengawali suatu isyarat yaitu impuls saraf, pada sel saraf yang melekat padanya. Komponen kedua adalah respon saraf dan koordinasi saraf yang terdiri atas penghantar impuls, yaitu saraf itu sendiri, saraf tersusun atas dua macam neuron yaitu neuron sensorik dan neuron motorik. Komponen ketiga adalah koordinasi saraf yang terdiri atas efektor. Efektor merupakan struktur yang melaksanakan aksi sebagai respon terhadap impuls yang sampai kepadanya melalui neuron motorik. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar (baik eksokrin maupun endokrin) (Kimball, 1983).
        Peregangan otot secara tiba-tiba merangsang “muscule spindle” dan sebaliknya ini menyebabkan refleks kontraksi dari otot yang sama. Karena alasan yang jelas, refleks yang sering disebut suatu refleks regang mempunyai suatu komponen dinamik dan suatu komponen statik. Refleks regang dinamik disebabkan oleh isyarat dinamik yang kuat dari muscle spindle. Refleks regang statik dibangkitkan oleh isyarat kontinu reseptor statik yang dihantarkan melalui ujung primer dan sekunder muscle spindle (Guyton, 2008).
Refleks adalah suatu respon organ efektor (otot atau kelenjar) yang bersifat otomatis atau tanpa sadar, terhadap situasi stimulus rtertentu. Respon tersebut melibatkan suatu rantai yang terdiri atas sekurang-kurangnya dua neuron, membentuk suatu busur reeflkeksa (reflex are). Dua neuron penting dalm suatu busur reflex adalah neuron aferen, sensori atau reseptor dan neuron eferen motoris atau efektor. Umumnya diantara neuron reseptor dan neuron efektor. Meskipun reflex dapat melibatkan berbagai bagian otak dan system saraf otonom, refleks yang paling sederhana adalah refleks spinal. Suatu refleks spinal yang khas adalah refleks rentang ( strets refleks) yang digambarkan dengan pemukulan ligamentum patella (suatu tendon) sehingga melibatkan otot lutut terentang.
Refleks rentang memainkan sesuatu peranba penting namun agak sederhana dalam pereilaku. Suatu otot rentang dan bereaksi dengan berkontraksi. Mesin refleks rentang memberikan mekanisme pengendalian yang teratur dengan baik yang mengarahkan kontraksi otot-otot antagonis dan secara terus-menerus memonitor keberhasilan dengan perintah-perintah dari otak yang diteruskan dan dengan cepat mampu melakukan penyesuaian (Campbell, 2002).


     
D.    Alat dan Bahan
   Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
·         Charta sistem saraf pada manusia
·         Palu
·         Penutup mata
·         Jarum
·         Kapas
·         Buku Petunjuk Praktikum dan Buku Kerja

E.     SKEMA KERJA
1.      Pengamatan Anatomi Sistem Saraf pada Manusia



 














2.      Pengamatan Gerak Refleks
F.     DATA PENGAMATAN
1.      Pengamatan Gerak Refleks Pengamatan Anatomi Sistem Saraf
Mikroanatomi neuron(sel saraf)


 











Anatomi Otak


 















Anatomi Sumsum Tulang Belakang


 









2.      Pengamatan Gerak Refleks Pengamatan Anatomi Sistem Saraf
No.
Pengamatan
Subjek
Respon
Sadar
Refleks
1.
Refleks pada lutut
Perlakuan 1


Perlakuan 2

Merinsa

Ö
Risma

Ö
Tami
Ö

Merinsa

Ö
Risma

Ö
Tami

Ö
2.
Refleks pada Mata
Ike

Ö
3.
Refleks pada Kulit
Perlakuan 1
Perlakuan 2

Tami
Ö

Merinsa

Ö
4.
Refleks pada Tenggorokan
Tami
Ö


G.    PEMBAHASAN
       Sistem saraf merupakan sistem koordinasi yang berfungsi sebagai penerima dan penghantar rangsangan ke semua bagian tubuh. Sel saraf berpadu dan membentuk apa yang disebut subtansi kelabu dalam sistem ini, seperti yang dijumpai dalam sumsum tulang belakang. Dengan pertolongan saraf dapat kita menerima suatu rangsangan dari luar pengendalian pekerjaan otot. Susunan saraf dibagi menjadi dua macam, yaitu; susunan saraf pusat dan susunan saraf perifer. Susunan saraf pusat terdiri dari medula spinalis dan otak (otak besar, otak kecil, dan batang otak), sedangkan susunan saraf perifer terdiri dari susunan saraf somatik dan susunan saraf otonom (susunan saraf simpatik dan susunan saraf parasimpatik) (Syaifuddin, 2006).
Pusat sel saraf (neuron) terdiri dari sebuah badan sel yang disebut perikrion, yang berisi nukleus. Di dalam sitoplasma perikarion terdapat badan-badan yang disebut substansia nissel. Dari perikarion keluar prosesus yang menghantarkan rangsangan perikarion yang disebut dendrit, jumlahnya lebih banyak (lebih dari satu). Prosesus yang menghantarkan rangsangan keluar dari perikarion disebut akson. Jumlah akson biasanya hanya satu. Simpai mielin yang berlekuk-lekuk disebut nodus ranvier di dalam sel saraf perifer. Akson dan dendrit tergabung dalam berkas-berkas jaringan ikat disebut endoneurium. Berkas ini tergabung menjadi berkas yang lebih besar yang disebut epineurium. Apabila suatu akson terputus maka bagian yang terputus hubungannya dengan korion akan mengalami degenerasi, akson dan simpai mielinnya akan berdegenerasi. Di luar susunan saraf terdapat selubung kedua, di luar selubung mielin yang terdiri dari sel-sel Schwan. Sel saraf menurut jenis rangsangannya meliputi sel saraf (sel ganglion) dan serabut saraf (neurit) atau akson. Sel saraf (neuron) besarnya bermacam-macam dilihat dari geriginya satu, dua, dan banyak. Gerigi yang banyak bercabang menghubungkan sel itu dengan sesamanya, yang mana gerigi ini disebut dengan dendrit. Alat penghubung disebut dengan neuron. Serabut saraf (neurit) atau akson adalah bagian utama serabut saraf, yang disebut sumbu torak dan di bagian tengah disebut dengan benang saraf (Syaifuddin, 2006).
Otak, merupakan alat tubuh yang sangat penting karena merupakan pusat koordinasi dari semua organ tubuh. Bagian dari saraf sentral yang terletak di dalam rongga tengkorak dibungkus oleh selaput otak yang kuat. Meningen (selaput otak) merupakan selaput yang membungkus otak dan sumsum tulang belakang yang melindungi struktur saraf halus, yang berfungsi membawa pembuluh darah dan cairan sekresi, memperkecil benturan atau getaran yang mana terdiri dari tiga lapisan, yaitu dura meter (lapisan luar), arakhnoid (lapisan tengah), dan pia meter (lapisan sebelah dalam). Durameter merupakan selaput keras pembungkus otak yang berasal dari jaringa ikat tebal dan kuat. Arakhnoid merupakan selaput halus yang memisahkan durameter dengan pia meter membentuk sebuah kantong atau balon berisi cairan otak yang meliputi seluruh susunan saraf sentral. Pia meter merupakan selaput tipis yang terdapat pada permukaan jaringan otak. Pia meter ini berhubungan dengan arakhnoid melalui struktur-struktur jaringan ikat yang disebut dengan trabekel.
          Otak terletak dalam rongga kranium (tengkorak) berkembang dari sebuah tabung yang mulanya memperlihatkan tiga gejala pembesaran otak awal. Otak depan; menjadi hemisfer serebri , korpus striatum, talamus, serta hipotalamus. Otak tengah; tegmentum, krus serebrium, korpus kuadrigeminus. Otak belakang; manjadi pons varoli, medula oblongata, dan serebelum. Batang otak terdiri dari;
1.    Diensefalon, bagian batang otak paling atas yang terdapat diantara otak kecil dengan mesensefalon. Fungsinya: vasokonstriktor, mengecilkan pembuluh darah; respiratori, membantu proses persarafan; mengontrol kegiatan refleks, dan membantu kerja jantung.
2.    Mesensefalon, disebut dengan otak bagian tengah. Fungsinya: membantu pergerakan mata dan mengangkat kelopak mata serta memutar mata dan pusat pergerakan mata.
3.    Pons paroli, fungsinya: sebagai penghubung antara kedua serebelum dan juga antara medula oblongata dengan serebelum atau otak besar, serta sebagai pusat saraf nervus trigeminus.

          Medula oblongata merupakan bagian dari batang otak yang paling bawah yang menghubungkan pons paroli dengan medula spinalis. Fungsinya: mengontrol kerja jantung, mengecilkan pembuluh darah, sebagai pusat pernapasan, dan mengontrol kegiatan refleks.
Otak besar (serebrum), merupakan bagian yang terluas dan terbesar dari otak, berbentuk telur, mengisi penuh bagian depan atas rongga tengkorak. Masing-masing disebut dengan fosa kranialis anterior dan fosa kranialis media. Otak mempunyai dua permukaan, yaitu permukaan atas dan permukaan bawah. Kedua permukaan ini dilapisi oleh lapisan kelabu (zat kelabu) yaitu pada bagian korteks serebral dan zat putih terdapat pada bagian dalam yang mengandung serabut saraf. Korteks serebri dibagi menjadi 20 area, yang secara umum dibagi menjadi 4 bagian, yaitu:
1. Korteks sensoris, Pusat sensasi umum primer suatu hemisfer serebri yang mengurus bagian badan, luas daerah korteks yang menangani suatu alat atau bagian tubuh bergantung pada fungsi alat yang bersangkutan. Disamping itu korteks sensori juga pada bagian fisura lateralis lebih dominan menangani bagian tubuh bilatera.
2. Korteks asosiasi. Tiap indera manusia, korteks ini sendiri merupakan kemampuan otak manusia dalam bidang intelektual, ingatan, berpikir, rangsangan yang diterima diolah dan disimpan serta dihubungkan dengan data yang lain.
3. Korteks motoris menerima impuls dari korteks sensoris, fungsi utamanya adalah kontribusi pada traktus piramidalis yang mengatur bagian tubuh kontralateral.
4. Korteks pre-frontal terletak pada lobus frontalis yang berhubungan dengan sikap mental dan kepribadian.Fungsi dari otak besar ini (serebrum) yaitu, mengingat pengalaman yang lalu, sebagai pusat persarafan yang menangani aktivitas mental, akal, intelegensi, keinginan dan pusat memori, pusat menangis, buang air besar, dan buang air kecil (Syaifuddin, 2006).
Otak kecil (serebelum), terletak pada bagian bawah dan belakang tengkorak dipisahkan dengan serebrum oleh fisura transversalis dibelakangi oleh pons varoli dan di atas medula oblongata. Organ ini banyak menerima serabut aferen sensoris, merupakan pusat koordinasi dan integrasi. Bentuknya oval, bagian yang mengecil pada sentral disebut vermis dan bagian yng melebar pada bagian lateral disebut hemisfer. Permukaan luar serebelum berlipat-lipat menyerupai serebrum tetapi lipatannya lebih kecil dan lebih teratur. Permukaan ini mengandung zat kelabu. Fungsi dari serebelum, yaitu: arkhioserebelum, serabut aferen berasal dari telinga dalam yang teruskan oleh nervus VIII (auditorius) untuk keseimbangan dan rangsangan pendengaran ke otak; paleaserebelum, sebagai pusat penerima impuls dan reseptor sensasi umum medula spinalis dan nervus vagus (N. Trigeminus) kelopak mata, rahang atas dan bawah, serta otot pengunyah; neoserebelum, korteks serebelum menerima informasi tentang gerakan yang sedang dan yang akan dikerjakan dan mengatur gerakan sisi badan (Syaifuddin, 2006).
Bagian Medula Spinalis ialah Kornu abu-abu dorsal, Kolum putih lateral, Kornu abu-abu ventral, Pia mater spinal, Spesium subaraknoid, Araknoid spinal, Durameter spinal, kornus abu-abu lateral, filamen radiks dorsal, ganglion radiks dorsal, radiks ventral, saraf spinal, filamen radiks ventral.
Gerak refleks adalah gerakan yang dilakukan tanpa sadar dan merupakan respon setelah adanya rangsang. Gerak refleks akan berhubungan dengan saraf-saraf yang ada dalam tubuh. Secara normal seseorang pasti akan mengalami gangguan pada sistem sarafnya. Pada umunya gerak refleks berlangsung terhadap stimulus yang berasal dari luar tubuh, gerak refleks bukanlah gerak di bawah kesadaran dan kemauan, tetapi gerak yang disadari namun pelaksanaan serta respon yang ditimbulkan tidak terpikirkan lebih dulu (Yatim, 1987).
 Salah satu refleks yang diintegrasikan oleh sumsum tulang belakang sebab semua komponen yang diperlakukan untuk menyambung implus eferen ke respon eferen berada dalam sumsum tulang belakang. Refleks menarik tangan yang terentuh pada panas merupakan contoh refleks spinal dasar. Energi panas yang diterima reseptor panas pada jari diubah menjadi potensi aksi yang merambat melalui saraf aferen ke sum-sum tulang belakang. Potensial aksi yang melalui jalur eferen ke efektor akan menghasilkan gerak menarik jari tangan, sedangkan yang menuju ke otak menghasilkan kesadaran apa yang terjadi pada sebuah rasa panas (Wiwi, 2006).
        Kemampuan suatu organisme untuk beraksi terhadap perubahan di dalam lingkungannya memerlukan tiga komponen yang berlainan. Pertama, reseptor rangsangan. Reseptor rangsangan ini merupakan struktur yang mampu mendeteksi sejenis perubahan tertentu di dalam lingkungan dan mengawali suatu isyarat yaitu impuls saraf, pada sel saraf yang melekat padanya. Komponen kedua adalah respon saraf dan koordinasi saraf yang terdiri atas penghantar impuls, yaitu saraf itu sendiri, saraf tersusun atas dua macam neuron yaitu neuron sensorik dan neuron motorik. Komponen ketiga adalah koordinasi saraf yang terdiri atas efektor. Efektor merupakan struktur yang melaksanakan aksi sebagai respon terhadap impuls yang sampai kepadanya melalui neuron motorik. Efektor yang paling penting pada manusia adalah otot dan kelenjar (baik eksokrin maupun endokrin) (Kimball, 1983).
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan pada perlakuan 1 dilakukan dengan duduk dan posisi kaki menggantung, kemudian mata ditutup dan dipukul bagian tempurung lutut, dilakukan terhadap 3 praktikan. Dua praktikan mengalami respon gerak refleks dan satu praktikan mengalami gerak sadar. Perbedaan hasil dari perlakuan 1 ini dikarenakan kemungkinan praktikan yang mengalami gerak sadar, tidak menutup mata dengan sempurna sehingga dapat melihat hal yang akan dilakukan (dipukul lututnya), respon gerak yang dialami ialah tidak dapat merasakan sakit ketika dipukul dengan palu. Respon dari gerak sadar ialah impuls dari reseptor melewati saraf sensorik – otak – saraf motorik – efektor. Sedangkan pada kedua praktikan yang mengalami gerak refleks, sehingga ketika dipukul dengan palu, mereka mengalami kesakitan dan kaki menendang ke depan. Hal ini dikarenakan kedua praktikan menutup mata dengan sempurna, sehingga ketika mata tertutup tidak melihat ketika lututnya dipukul dan timbul rasa sakit pada lutut disebabkan gerakan tersebut secara tiba-tiba di luar kesadaran kedua praktikan. Hal itu juga sesuai dengan pendapat dari Indraastuty (2005) pada percobaan pemukulan pada bagian patella, kaki bergerak kedepan seolah menendang, dan pada saat membaca, tendangan atau gerakan kaki lebih kuat. Dari hasil pengamatan yang telah dilakukan, pada waktu lutut praktikan dipukul, maka lutut memberikan respon dengan adanya gerakan refleks yaitu dengan menggerakan lututnya. Refleks pada lutut ini disebut refleks sumsum tulang belakang, karena saraf penghubungnya terletak di dalam sumsum tulang belakang. Menurut referensi Syaiffudin (2006) terjadinya gerak refleks karena organ sensorik yang menerima impuls, kemudian saraf sensorik menghantarkan impuls menuju sel ganglion radiks posterior lalu akan diteruskan pada kornu posterior medula spinalis. Maka sel saraf motorik menerima rangsangan dan menghantarkannya pada serabut motorik. Sehingga organ motorik melaksanakan gerak yang dirangsang oleh impuls saraf motorik. Pada percobaan refleks patella yaitu dilakukan dengan cara duduk beberapa detik kemudian lutut di beri perlakuan dengan cara memukul lutut dengan menggunakan tongkat sehingga akan merasa kaget, ada tekanan kaki kedepan dan terasa keram sehingga dapat diketahui bahwa pada refleks patella hanya satu bagian tubuh yang memberikan tanggapan. Refleks patella merupakan gerakan refleks monosinaps karena yang bergerak, hanyalah kaki yang memberikan satu tanggapan dari tubuh.
Perlakuan 2 yang dilakukan sama halnya dengan perlakuan pertama, hanya perbedaanya pada perlakuan 2 ialah tangan dikepalkan dibelakang punggung. Berdasarkan praktikum yang dilakukan terhadap 3 praktikan, ketiga praktikan dapat merasakan sakit ketika dipukul dengan palu. Hal ini dikarenakan ketiga praktikan mengalami respon gerak sadar dengan merasakan sakit pada lutut tapi tidak seberapa jika dibandingkan dengan saraf perlakuan 1. Hal ini dikarenakan lutut mendapat bantuan tekanan dari tangan yang menggenggam sebagai respon gerak sadar ketika adanya pukulan dilutut dapat mengurangi rasa sakit pada kaki. Respon dari gerak sadar ialah impuls dari reseptor melewati saraf sensorik – otak – saraf motorik – efektor. Ketika akan mengetahui bahwa lutut akan dipukul dengan palu (impuls), maka impuls akan dikirim menuju reseptor melewati saraf sensorik kemudian diteruskan ke otak untuk diproses sebagai umpan balik dari impuls yang dikirimkan ke saraf motorik berupa tindakan pencegahan terhadap pukulan palu melalui efektor berupa tangan menggenggam di belakang punggung. Tindakan menggenggam di belakang punggung disebabkan lutut (patella) sarafnya dihubungkan oleh sumsum tulang belakang yang letaknya didalam tulang punggung. Sehingga dengan menggenggamkan tangan di belakang punggung dapat mengurangi rasa sakit ketika dipukul dengan palu.
Berdasarkan praktikum yang kedua yaitu bagian mata akan disentuh dengan benda tumpul, mata langsung mengedip. Gerak reflek tersebut timbul karena jalannya impuls saraf pada refleks kornea adalah : Rangsangan → Limbus kornea → N. Opthalmicus → Pons → N. Abducens → Palpebra superior. Pada percobaan ini, praktikan diminta untuk menggerakkan bola matanya ke arah lateral tanpa menggerakkan kepalanya. Dengan menggunakan gulungan silinder halus kapas yang steril, sisi kontralateral kornea disentuh. Respon gerak refleks yang timbul yaitu berupa kedipan mata secara cepat. Sentuhan pada sisi kornea dengan kapas yang berbentuk silinder halus akan mengakibatkan kontraksi secara spontan pada bola dengan berkedip dan mengeluarkan air mata. Hal ini disebabkan mata termasuk organ tubuh yang sangat sensitif terhadap benda-benda asing.
Percobaaan selanjutnya ialah gerak refleks pada kulit, terdapat 2 perlakuan yang berbeda terhadap 2 subjek praktikan. Pada perlakuan 1 digerakkan benda diatas permukaan kulit dan diamati perubahan warna kulit yang terjadi. Pada percobaan ini praktikan yang digesekkan kulitnya dengan benda tumpul pada lengannya tidak terjadi perubahan. Hal ini dapat terjadi kemungkinan gesekan yang dilakukan kurang keras, sehingga lengan praktikan tidak berubah warna atau kemungkinan juga praktikan yang hiposensitif terhadap rangsangan sehingga kurang peka dengan adanya gerakan. Pada perlakuan 2 dilakukan dengan subjek praktikan yang berbeda dengan cara dibelai kulit lengan lembut secara perlahan. Praktikan mengalami gerak refleks menjauhi penguji dengan rasa geli. Hal ini membuktikan bahwa hanya satu neuron yang memberikan rangsangan. Refleks pada kulit tangan merupakan gerak refleks monosinaps karena hanya gerakan tangan saja.
Selanjutnya ialah melakukan percobaan gerak refleks pada tenggorokan. Percobaan ini dilakukan dengan menusukkan jarum ke bagian pangkal tenggorokan. Pada percobaan ini praktikan tidak menjauhi penguji atau merasa sakit ketika ditusuk dengan jarum. Seharusnya praktikan menjauhi penguji sebagai gerak refleks terhadap benda asing yang ditusukkan pada salah satu anggota tubuhnnya. Hal tersebut dapat terjadi kemungkinan ketika menusuk kurang kuat, sehingga praktikan kurang peka terhadap stimulus yang diberikan oleh penguji. Hal lain kemungkinan praktikan ini hiposensitif terhadap impuls, karena pada percobaan-percobaan sebelumnya pada praktikan ini juga tidak mengalami gerak refleks terhadap adanya impuls yang diberikan penguji.





KESIMPULAN
Sistem saraf ialah salah satu organ yang berfungsi untuk menyelenggarakan kerja sama yang rapih dalam organisasi dan koordinasi kegiatan tubuh. Dengan pertolongan saraf dapat kita menerima suatu rangsangan dari luar pengendalian pekerjaan otot. Pembagian susunan saraf yaitu; susunan saraf pusat, yang terdiri dari medula spinalis dan medulla oblongata. Otak bagi menjadi 3 yaitu, otak besar, otak kecil dan batang otak. Otak besar sebagai pusat pengendali utama pada hal-hal yang berhubungan dengan sifat, berbicara, perilaku dan intelegensi. Otak kecil sebagai pengatur keseimbangan didalam tubuh, sedangkan batang otak sebagai kontrol keseimbangan mata, pembuluh darah dan mengontrol gerak refleks.
Gerak refleks adalah gerakan yang dilakukan tanpa sadar dan merupakan respon setelah adanya rangsang. Gerak refleks akan berhubungan dengan saraf-saraf yang ada dalam tubuh. Pada percobaan gerak refleks pada lutut terdapat satu praktikan yang mengalami gerak sadar dikarenakan kemungkinan praktikan hiposensitif terhadap rangsangan, ketiga praktikan yang lain mengalami gerak refleks dengan menendangkan kakinya. Percobaan kedua gerak refleks terhadap mata, praktikan menjauhi penguji sebagai respon gerak refleks terhadap benda asing yang akan di sentuhkan penguji ke mata praktikan. Percobaan ketiga respon gerak refleks terhadap kulit. Pada perlakuan 1 kulit praktikan tidak terjadi perubahan warna. Kemungkinan penguji kurang kuat ketika menggesekkan benda tumpul. Pada perlakuan 2 terhadap praktikan yang berbeda, praktikan menjauhi penguji sebagai respon gerak refleks karena adanya rasa geli yang ditimbulkan penguji dengan sentuhan lembut. Percobaan terakhir yaitu refleks pada tenggorokan. Pada percobaan ini praktikan tidak merasakan sakit ketika ditusuk menggunakan jarum, kemungkinan praktikan hiposensitif terhadap adanya rangsangan.





      DAFTAR PUSTAKA
·           Bevalender, 1998. Dasar-Dasar Histologi. Erlangga. Jakarta.

·           Campbell.1994. Biologi Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.

·           Guyton, Athur., 2008. Fisiologi Manusia dan Mekanisme Penyakit. EGC. Jakarta.

·           Irianto, K., 2004. Struktur dan Fungsi Tubuh Manusia untuk Paramedis. Yrama Widya. Bandung.

·           Kimball, J. W., 1983. Biologi Jilid 2 Edisi Kelima. Erlangga. Jakarta.

·           Pearce. E., 2004. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

·           Raven, 1981. Atlas Anatomi untuk Umum dan Mahasiswa untuk Kedokteran. Djambatan. Jakarta.

·           Syaifuddin, 2006. Anatomi Fisiologi untuk Mahasiswa Keperawatan Edisi 3. EGC. Jakarta.

·           Wiwi, Isnaeni., 2006.  Fisiologi  Hewan. Karisus. Jakarta.

·           Yatim, Wilda., 1987. Biologi Umum. Tarsito. Bandung.