Pengikut

Rabu, 19 Agustus 2020

identifikasi.dan uji sensitivitas antibiotik

Identifikasi dan Uji Sensitivitas Antibiotik bakteri Escherichia coli penghasil ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase) pada sampel Makanan di Sidoarjo.
Dosen Pengampu :
Yulianto Ade Prasetya, S.Si., M.Si.








Disusun oleh :
1. Ani Mei Munasari (15010100002)
2. Anisa Nur Hidayati (15010101003)
3. Dita Nur Rochimah (15010100004)
4. Magdalena Arini Meylina (15010101008)
5. Merinsa Chorry Hartono (15010101009)
6. Triwulandari (15010100014)
7. Yesi Eka Nur Kumala Dewi (15010102015)



PROGRAM STUDI D III ANALIS KESEHATAN
SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
RUMAH SAKIT ANWAR MEDIKA
SIDOARJO
2018
Identifikasi dan Uji Sensitivitas Antibiotik bakteri Escherichia coli penghasil ESBL (Extended Spectrum Beta Lactamase) pada sampel Makanan di Sidoarjo.

 Abstracts: Food and drink are point needed for human, however attend a microorganism that contaminate food and can create some disease, expecially in digested. Dinas Kesehatan Sidoarjo’s research on 2013 told cause of diarrhea disease is still the fifth  highest which mostly in that enteric bacteria. Goal from research is to identification E. coli who be producer ESBL in food Sidoarjo area and to know sensitivity limit of bacteria with Kirby Bauer method toward Cephaloshorin antibiotic is group three (Ceftazidime, Cefotaxime, Ceftriaxone, and Cefixime) and antibiotic selection be alternate antibiotic group non Cephaloshorin (Cotrimoksazol, Oxacillin, Chlorampenikol, and Ciprofloxacin). Result that given are 4 resistent sample toward Cephaloshorin antibiotic third generation, especially Ceftriaxone and Cefotaxime use as alternative teraphy. So that from 4 sample do sensitivity test with non Cephaloshorin antibiotic on Cotrimoksazol and Ciprofloxacin antibiotic can use as teraphy to E. coli bacteria who be producer ESBL.
Keyword : ESBL, E.coli, Antibiotic, Sensitivity.

Abstrak: Makanan dan minuman merupakan kebutuhan utama bagi makhluk hidup, namun hadirnya mikroorganisme yang mencemari makanan dapat menimbulkan beberapa penyakit khususnya pada saluran cerna. Data survei Dinas Kesehatan Sidoarjo pada tahun 2013 menyatakan penyakit penyebab diare masih menjadi urutan ke – 5 tertinggi yang kebanyakan disebabkan oleh bakteri enterik. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengidentifikasi adanya bakteri E.coli penghasil ESBL pada makanan di daerah Sidoarjo dan mengetahui batas sensitivitas bakteri dengan metode Kirby Bauer terhadap antibiotik Cephaloshorin golongan III (Ceftazidime, Cefotaxime, Ceftriaxone, dan Cefixime) dan antibiotik pilihan pengganti antibiotik golongan non Cephalosporin (Cotrimoksazol, Oxacillin, Chloramphenikol dan Ciprofloxacin). Hasil dari penelitian ini adalah 4 sampel resisten terhadap antibiotik Cephalosporin generasi III, kecuali Ceftriaxone dan Cefotaxime yang bisa digunakan alternatif terapi, karena adanya antibotik golongan Cephalosporin yang resisten  sehingga dari 4 sampel tersebut diuji sensitivitas dengan antibiotik non Cephalosporin pada antibiotik Cotrimoksazol dan Ciprofloxacin dapat digunakan sebagai terapi untuk pada bakteri Escherichia coli penghasil ESBL.
Kata Kunci : ESBL, E.coli, Antibiotik, Sensitivitas

PENDAHULUAN 
Makanan dan minuman sangat penting bagi manusia karena merupakan salah satu kebutuhan pokok untuk kelangsungan hidupnya dan di dalam makanan dan minuman tersebut terkandung senyawa - senyawa yang diperlukan untuk memulihkan dan memperbaiki jaringan tubuh yang rusak, mengatur proses di dalam tubuh, perkembangbiakan dan menghasilkan energi untuk berbagai kepentingan dalam kehidupannya. (1)
Penyakit diare masih menjadi masalah kesehatan masyarakat di negara Indonesia. Survei morbiditas yang dilakukan Departemen Kesehatan dari tahun 2000-2010 kecenderungan insidensi naik. Pada tahun 2000 insidensi rata-rata penyakit diare 301/1000 penduduk, tahun 2003 naik menjadi 374/1000 penduduk, tahun 2006 naik menjadi 423/1000 penduduk dan tahun 2010 menjadi 411/1000 penduduk.(2) Data survei Dinas Kesehatan Sidoarjo pada tahun 2013 menyatakan 10 penyakit terbanyak yang menyerang warga Sidoarjo diantaranya ialah diare yang merupakan masuk dalam kategori urutan ke - 5 setelah ISPA, penyakit otot, Tukak lambung dan Influenza. Sebanyak 3242 jiwa terserang diare dan gastroenteritis dimana kebanyakan disebabkan oleh bakteri enterik. Penyakit Diare masih merupakan salah satu penyebab kematian bayi dan Balita di Sidoarjo. Jumlah kasus Diare pada Balita yang ditangani pada tahun 2014 adalah 77.296 menurun dibanding tahun 2013 kasus dimana kesemuanya 100% ditangani.(3) 
Menurut beberapa penelitian, bakteri yang sering hadir saat host terserang diare adalah Escherichia coli. Escherichia coli pada tubuh manusia dapat bersifat menguntungkan dan patogen bagi tubuh. Apabila Escherichia coli jumlahnya dalam tubuh berlebihan atau berada diluar usus dapat menimbulkan beberapa penyakit antara lain, infeksi saluran kemih, diare, sepsis, dan meningitis.(4)
Multidrug Resistant organism (MDRO) merupakan mikroorganisme yang memiliki ketahanan terhadap beberapa golongan anttibiotik (5). Salah satu bakteri yang sering menyebabkan MDRO adalah E.coli .Penelitian di Irak tahun 2016 menyatakan adanya kontaminan bakteri golongan Enterobactericeae penghasil ESBL yang mencemari sampel minuman.(6)
Beta – Lactamase merupakan enzim yang dapat merusak antibiotik dengan khususnya golongan beta-lactam dengan memecah struktur cincinnya. Akibat pemecahan cincin beta-lactam, antibiotik tidak dapat bekerja dalam membunuh mikroorganisme. Mengatasi hal diatas, ditemukan cephalosporin jenis baru yang tahan terhadap beta-lactam, namun pada tahun 1980, ditemukan bakteri penghasil beta-lactamase jenis baru yang dapat merusak golongan cephalosporin jenis baru, dimana mikroorganisme tersebut merupakan penghasil beta-lactamase yang dikategorikan sebagai ESBL (7).
Berdasarkan masalah yang telah diuraikan diatas, dirasa perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui adanya kontaminan bakteri E.coli penghasil ESBL pada sampel makanan dan minuman. Harapan pada penelitian ini adalah masyarakat terutama penjual makanan atau minuman dapat lebih waspada terhadap makanan yang dijual, selain itu sebagai informasi baru didunia medis untuk masalah terapi pada pasien terduga diare akibat bakteri enterik.

METODE PENELITIAN
Desain dan Rancangan Penelitian
Penelitian ini menggunakan desain studi cross sectional dengan metode deskriptif eksploratif pendekatan studi prospektif. Pengambilan sampel dilakukan secara acak sebanyak 24 sampel makanan dan minuman di daerah Sidoarjo. Tujuan penelitian ini ialah mengetahui adanya kontaminan bakteri E.coli penghasil ESBL pada sampel makanan dan minuman serta mengetahui tingkat sensitivitas mikroba terhadap antibiotik. Uji sesitivitas antibiotik ini menggunakan metode Kirby Bauer atau Difusion Disk Test.
Tempat dan Waktu
Penelitian ini dimulai pada bulan November 2017 – Januari 2018, pelaksanaan penelitian ini dilakukan di Laboratorium Mikrobiologi dan Bioteknologi STIKes RS Anwar Medika. 
Alat dan bahan
Alat yang digunakan dalam penelitian ialah cawan petri (Pyrex), Blender, Timbangan Analitik(Ohause) , lampu bunsen, tabung reaksi (Iwaki) kaca objek, mikroskop (Olympus), jarum ӧse, erlenmeyer (Pyrex), gelas ukur (Pyrex), gelas kimia (Approx), rak tabung reaksi, plastik wrap, aluminium foil, kapas, kasa, timbangan analitik (Kern), pinset, laminarairflow (Biotek), termometer, autoklaf (ALP), mikropipet L-Glass, Rotary Shaker, mistar berskala, Cutton Buds steril, cakram antibiotik steril dan alat fotografi. Sampel yang digunakan adalah urin. Bahan kimia yang digunakan ialah lugol, alkohol 96%, kristal violet, aquades, safranin, reagen Covac, Reagen KOH dan Naphtol, reagen Methyl Red. Antibiotik yang digunakan ialah Cephalosporin generasi III (Cefotaxime 30 μg, Ceftriaxone 30 μg, Cefixime 30 μg, Ceftazidime 30 μg). Antibiotik non beta-lactam (Oxacillin 1μg dalam bentuk cakram, Ciprofloxacin 5μg, Chloramphenicol 30 μg, Cotrimoxazole 30 μg. Media yang digunakan ialah Nutrient Agar, Nutrient Broth (Oxoid), Eosin Methylene Blue Agar, Mac Conkey Agar (Oxoid), Simmon’s Citrate Agar (Oxoid), Mueller Hinton Agar (Oxoid),  dan Triple Sugar Iron Agar (Oxoid).
Persiapan Sampel 
Pada pengambilan sampel makanan dan minuman mula – mula ditimbang sebanyak 15 gram, kemudian dihaluskan dengan blender steril dan ditambahkan 85 ml aquades steril. Kemudian dimasukkan Erlenmeyer dan ditutup dengan sumbat. Selanjutnya dilakukan pengenceran bertingkat dengan aquades dari 10-1 sampai 10-9 serta diinokulasikan pada medium Nutrient Broth dengan pengenceran dari 10-1 sampai 10-9 ditambahkan dengan tabung durham terbalik pada tabung reaksi dan diamati pertumbuhannya dalam waktu 24 jam (8).
Sterilisasi Alat 
Alat-alat yang akan digunakan disterilkan terlebih dahulu sebelum dilakukan pengujian. Sterilisasi alat dilakukan menggunakan autoklaf dengan cara alat-alat gelas dan media yang telah diencerkan yang akan digunakan dalam penelitian dibungkus menggunakan aluminium foil kemudian dimasukkan kedalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit, sedangkan jarum ӧse, pinset dan L-Glass dipijarkan dengan pembakaran menggunakan lampu bunsen. Alat-alat yang sudah disterilkan kemudian dibiarkan sebentar sehingga mencapai suhu kamar dan sudah kering setelah itu siap digunakan. Sedangkan untuk mensterilkan antibiotik dan peralatan plastik seperti mikropipet menggunakan sinar UV pada LAF (9).
Pembuatan Media 
a. Pembuatan Media Nutrient Agar (NA) 
Nutrient Agar (NA) sebanyak 20 gram dilarutkan dalam 1 liter aquades menggunakan erlenmeyer, setelah itu dihomogenkan. Media yang sudah homogen ini disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit, kemudian didinginkan sampai suhu 45-500C. Media ini digunakan untuk inokulasi bakteri dan memurnikan isolat bakteri.
b. Pembuatan Media Nutrient Agar (NA) Miring 
Nutrient Agar (NA) sebanyak 20 gram dilarutkan dalam 1 liter aquades menggunakan erlenmeyer, setelah itu dihomogenkan. Media yang sudah homogen ini disterilkan dalam autoklaf pada suhu 121oC selama 15 menit, kemudian dituangkan pada masing-masing tabung reaksi sebanyak 5ml lalu ditutup menggunakan kapas yang telah dibungkus dengan kain kasa dan didinginkan sampai memadat pada kemiringan 30o.
Inokulasi Bakteri Pada Media 
Bakteri yang telah dikultur dalam media Lactose Broth di inokulasikan pada medium EMB Agar pada cawan yang merupakan medium selektif deferensial untuk bakteri golongan Enterobactericeae. Selanjutnya diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 370C dan diamati pertumbuhannya khususnya koloni metalik hijau.
Isolasi Bakteri 
Setiap koloni yang timbul pada media Nutrient Agar diambil menggunakan jarum ӧse untuk dipindahkan ke media agar miring untuk mendapatkan isolat bakteri, selanjutnya diinkubasi dalam inkubator pada suhu 35-36oC selama ±18–24 jam. (11)
Identifikasi Bakteri 
a. Uji Biokimia 
Identifikasi bakteri secara uji biokimia menggunakan uji IMViC (Uji Indol, Uji MR, Uji VP, Uji Motilitas, Uji Sitrat), uji katalase dan uji TSIA.
b. Pewarnaan Gram 
Kaca objek dibersikan dengan kapas yang telah diberi alkohol lalu diberi label. Biakan bakteri pada agar miring di ambil dengan menggunakan jarum ӧse, kemudian di totolkan pada bagian tengah kaca objek sampai merata dan ditambahkan satu tetes Aquades steril. Preparat selanjutnya difiksasi di atas lampu Bunsen. (10)
Sediaan yang sudah direkatkan diwarnai dengan kristal violet selama 1 menit. Kemudian Kristal violet dicuci pada air mengalir dan diganti dengan larutan lugol dibiarkan selama 1 menit. Larutan lugol dicuci pada air mengalir dan sediaan dicuci dengan alkohol 96% selama 1 menit. Selanjutnya sediaan dicuci dengan air dan diwarnai dengan safranin selama 1 menit. Sediaan dicuci pada air yang mengalir, dikeringkan dan diperiksa di mikroskop dengan menambahkan minyak imersen. (10)
c. Uji dengan Medium Selektif
Uji Kepekaan Bakteri Terhadap Antibiotik 
a. Pembuatan Larutan Nutrient Broth
Nutrient Broth (NB) sebanyak 8 gram dilarutkan dalam 1 liter aquades menggunakan erlenmeyer, setelah itu dihomogenkan. Media yang sudah homogen ini disterilkan dalam autoklaf pada suhu 1210C selama 15 menit, kemudian didinginkan sampai suhu 45-500C. Media ini digunakan untuk inokulasi bakteri dan membuat suspensi pengenceran pada bakteri. (9)
b. Pembuatan Suspensi Bakteri Uji 
Bakteri uji yang telah diinokulasi diambil dengan jarum ӧse steril lalu disuspensikan ke dalam tabung yang berisi 5 ml larutan Nutrient Broth dan diinkubasi selama 24 jam dengan suhu 370C. (9) 
c. Penanaman Cakram Antibiotik 
Uji Sensitivitas antibiotik dilakukan dengan metode Kirby Bauer dimana dicelupkan cutton bud steril dalam media NB yang berisi kultur bakteri E.coli umur 24 jam dan diswab rata ke seluruh permukaan media Mueller Hinton dan didiamkan selama 5 menit. Kemudian dilakukan uji beta-lactam pada isolat dengan antibiotik. Cakram Antibiotik ditekan menggunakan pinset agar dapat memempel secara sempurna dipermukaan agar. Selanjutnya diinkubasi pada suhu 37oC selama 18-24 jam. (9)
d. Pengukuran dan Penetapan Zona Hambat 
Setelah inkubasi, diamati zona pertumbuhan bakteri di sekitar cakram Antibiotik. Koloni bakteri yang sensitif terhadap antibiotik Ciprofloxacin, Oxacilin, Chloramphenicol, dan Cotrimoxazole. dilihat dengan adanya zona hambat berupa daerah bening di sekitar cakram antibiotik. Daerah hambatan antibiotik terhadap pertumbuhan bakteri diukur menggunakan mistar berskala atau jangka sorong dengan satuan mm. Kemudian zona hambat tersebut dikategorikan kekuatan daya antibakterinya berdasarkan penggolongan yang dapat dilihat pada tabel berikut :
 


Tabel 1 Jarak Kepekaan Antibiotik








Sumber : Yayan et al, 2015 (12) 

HASIL DAN PEMBAHASAN
Hasil isolasi sampel makanan dan minuman di daerah Sidoarjo sebanyak 30 sampel, kemudian dilakukan uji identifikasi bakteri dan uji biokimia. Berdasarkan jumlah sampel tersebut  dengan diduga sampel positif mengandung kontaminan bakteri E.coli penghasil ESBL ialah sebanyak 4 sampel yakni sampel A1, A2, A3 dan A4. Sampel yang tidak masuk kriteria dalam karakteristik bakteri Escherichia coli maka tidak dilanjutkan ke uji selanjutnya. Hasil uji identifikasi bakteri dan uji biokimia ditampilkan pada lampiran 1.
Berdasarkan hasil dari lampiran 1, isolat bakteri yang diduga E.coli diuji dengan antibiotik golongan Cephalosporin generasi III yakni (Cefotaxime 30 μg, Ceftriaxone 30 μg, Cefixime 30 μg, Ceftazidime 30 μg). Hasil uji antibiotik golongan Cephalosphorin generasi III ditampilkan dalam tabel berikut :
 

TABEL 2 UJI ANTIBIOTIK GOLONGAN CEPHALOSPORIN GENERASI III
No kode sampel JENIS ANTIBIOTIK
CEFTAZIDIME CEFOTAXIME CEFTRIAXONE CEFIXIME
1 A1 0 mm 0 mm 60 mm 0 mm
2 A2 0 mm 60 mm 60 mm 0 mm
3 A3 0 mm 60 mm 60 mm 0 mm
4 A4 0 mm 70 mm 100 mm 0 mm






Gambar 1 : Uji Sensitivitas Antibiotik Golongan Cephalosporin generasi III





 
Hasil uji antibiotik golongan Cephalosporin generasi III pada tabel 3 tersebut, menurut tabel 1 yakni jarak kepekaan Antibiotik dinyatakan semua sampel resisten terhadap antibiotik Ceftazidime dan Cefixime, dan masih sensitif mengggunakan antibiotik Ceftriaxone dan Cefotaxime. Berdasarkan hasil tersebut, penelitian lainnya yang menyebutkan bahwa enzim ß laktamase paling banyak diproduksi oleh kuman famili Enterobacteriaceae. Antibiotik ini memliki struktur mirip dengan penicillin yaitu adanya cincin β-Lactam tetapi dilekati cincin dihydrithiazide dan terdapat gugusan R1 dan R2 yang memungkinkan untuk dibuat turunan-turunan cephalosporin dengan aktivitas yang lebih tinggi dan toksisitas yang lebih rendah, terutama Escherichia coli dan Klebsiella pneumonia.(12)  Hal tersebut sejalan dengan penelitian Yuwono (2011) bahwa terduga bakteri golongan Enterobacter pada isolat urin telah mengalami resistensi antibiotik khususnya bakteri E.coli dan K.pneumonia. Literatur lain menyebutkan bahwa terjadinya resistensi bakteri  terhadap antibiotik kelompok betalaktam seperti penisilin G, ampisilin dan amoksisilin dapat terjadi melalui dua mekanisme yaitu bakteri mengubah reseptor yang dimilikinya atau memproduksi enzim beta - laktamase yang dapat menghidrolisis obat tersebut. Enzim beta -  laktamase pertama kali diidentifikasi pada bakteri Escherichia coli. Enzim beta - laktamase tersebut diberi nama TEM. Pada ekplorasi selanjutnya terbukti bahwa TEM disandi oleh gen resisten antibiotik yang berlokasi di plasmid. Hal tersebut dikarenakan penggunaan terapi antibiotik yang tidak tepat.(15,16)
Antibiotik Ceftriaxone dan Cefotaxime dapat digunakan dalam terapi terhadap bakteri golongan Enterobactericeae sebab menurut literatur antibiotik Ceftriaxone merupakan golongan sefalosporin yang mempunyai spektrum luas dengan waktu paruh eliminasi 8 jam. Efektif terhadap mikroorganisme gram positif dan gram negatif. Ceftriaxone juga sangat stabil terhadap enzim beta laktamase yang dihasilkan oleh bakteri. Sedangkan antibiotik Cefotaxime menurut literatur Cefotaxime adalah antibiotik golongan sefalosporin generasi ketiga yang mempunyai khasiat bakterisidal dan bekerja dengan menghambat sintesis mukopeptida pada dinding sel bakteri. Cefotaxime sangat stabil terhadap hidrolisis beta laktamease, maka Cefotaxime digunakan sebagai alternatif lini pertama pada bakteri yang resisten terhadap Penisilin. Cefotaxime memiliki aktivitas spectrum yang lebih luas terhadap organisme gram positif dan gram negatif. Aktivitas Cefotaxime lebih besar terhadap bakteri gram negatif sedangkan aktivitas terhadap bakteri gram positif lebih kecil, tetapi beberapa streptococci sangat sensitif terhadap Cefotaxime. (17)
Sampel makanan yang diduga telah resisten terhadap uji antibiotik golongan Cephalosporin generasi III, selanjutnya dilakukan uji sensitivitas antibiotik golongan non beta-laktam. Antibiotik yang digunakan ialah (Oxacillin 1μg dalam bentuk cakram, Ciprofloxacin 5μg, Chloramphenicol 30 μg, Cotrimoxazole 30 μg). Hasil dari uji sensitivitas antibiotik non beta-laktam ditunjukkan pada tabel berikut :
 

Tabel 3. Uji Sensitivitas Antibiotik Non Cephalosporin
NO KODE SAMPEL UJI SENSITIFVITAS ANTIBIOTIK NON CEPHALOSPORIN
CHLORAMPHENIKOL CIPROFLOXACIN OXACILLIN COTRIMOKSAZOL
1 A1 0 mm 10 mm 0 mm 11 mm
2 A2 0 mm 10 mm 0 mm 0 mm
3 A3 4 mm 14 mm 0 mm 4 mm
4 A4 0 mm 14 mm 0 mm 9 mm











Gambar 2 : Uji Sensitivitas Antibiotik golongan non Cephalosporin III


 
Berdasarkan uji sensititivitas antibiotik golongan non Cephalosporin yakni Oxacillin 1μg dalam bentuk cakram, Ciprofloxacin 5μg, Chloramphenicol 30 μg, Cotrimoxazole 30 μg. Antibiotik Oxacillin dan Chlorampenikol tidak terdapat daya hambat atau bakteri tersebut telah resisten pada antibiotik tersebut. Pada antibiotik Cotrimoxazole dan Ciprofloxacin dapat dijadikan sebagai terapi untuk mengatasi bakteri E.coli yang telah resisten pada antibiotik golongan Cephalosporin generasi III. Menurut literatur bahwa antibiotik Ciprofloxacin adalah suatu antibiotik sintetik golongan fluoroquinolin dengan spektrum luas terhadap bakteri Gram positif dan Gram negatif. Efek antibakteri Ciprofloxacin disebabkan oleh gangguan terhadap enzim DNA topoisomerase atau bisa disebut dengan DNA – gyrase yang dibutuhkan untuk sintesa DNA bakteri. Ciprofloxacin digunakan untuk mengobati infeksi yang disebabkan oleh bakteri patogen yang sensitif, seperti : infeksi saluran kemih, termasuk prostatitis, infeksi saluran cerna, termasuk demam tifoid dan paratifoid, uretritis dan serviktis gonore, infeksi saluran nafas kecuali pneumonia akibat Streptococcus, infeksi kulit dan jaringan lunak serta infeksi tulang dan sendi (17). Sedangkan antibiotik Cotrimoxazol dapat dijadikan terapi sebab antibiotik ini menurut literatur Cotrimoxazole adalah antibiotik yang merupakan kombinasi Sulfamethoxazole dan Trimethoprim dengan perbandingan 5 : 1. Kombinasi tersebut mempunyai aktivitas bakterisid yang besar karena menghambat pada dua tahap sintesis asam nukleat dan protein yang sangat esensial untuk mikroorganisme. Cotrimoxazole mempunyai spektrum aktivitas luas dan efektif terhadap bakteri gram-positif dan gram-negatif, misalnya Streptococci, Staphylococci, Pneumococci, Neisseria, Bordetella. Klebsiella, Shigella dan Vibrio cholerae. Cotrimoxazole juga efektif terhadap bakteri yang resisten terhadap antibakteri lain seperti H. influenzae, E. coli. P. mirabilis, P. vulgaris dan berbagai strain Staphylococcus.(18)
Penelitian ini menunjukkan adanya kontaminan makanan dan minuman yang positif mengandung bakteri E.coli yang telah resisten terhadap antibiotik golongan Cephalosporin. Penelitian ini didukung oleh penelitian dari Sulaeman (2015) dimana pada sampel telur balado terkontaminasi bakteri E.coli dan Shigella dengan pola sensitivitas antibiotik yang masih sensitif terhadap antibiotik Ciprofloxacin yang sesuai pada penelitian ini.
Bahaya makanan yang mengandung bakteri kontaminan yang telah resisten khususnya bakteri golongan Enterobactericeae yang telah resisten ESBL menyebabkan terjadi semakin banyaknya mikroorganisme yang menjadi MDRO (Multidrug Resistance Organisme) sehingga saat pemberian terapi pada pasien yang terinfeksi bakteri menyebabkan semakin tingginya angka kematian yang disebabkan karena kesalahan terapi yang diberikan. Sehingga, untuk menghindari terjadinya resistensi antibiotik pada bakteri golongan Enterobactericeae dapat menggunakan antibiotik alternatif golongan non betalaktam (non Cephalosporin) yakni Cotrimoxazole dan Ciprofloxacin.

KESIMPULAN
Berdasarkan penelitian yang dilakukan dapat disimpulkan bahwa :
1. Dari 30 sampel yang dilakukan uji identifikasi, hanya 4 sampel yang positif E.coli.
2. Uji Sensitifitas antibiotik pada golongan Cephalosporin generasi III, jenis Ceftriaxone dan Cefotaxime masih bisa digunakan terapi.
3. Uji sensitifitas antibiotik non Cephalosporin jenis chloramphenikol dan Oxacillin telah terjadi resistensi, sehingga alternatif antibiotik pilihan  dapat menggunakan Ciprofloxacin dan Cotromoxazole

DAFTAR PUSTAKA
1. Supardi, I & Sukamto, 1999, Mikrobiologi Dalam Pengolahan dan Keamanan Pangan, Penerbit Alumni, Bandung.
2. Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo . 2014. Profil Kesehatan Kabupaten Sidoarjo. Sidoarjo : Dinas Kesehatan Kabupaten Sidoarjo. Diakses pada tanggal 11 Oktober 2017 dari http://www.depkes.go.id/reources/download/profil/PROFIL_KAB_KOTA_2014/3531_Jatim_Kab_Sidoarjo_2014.pdf.
3. Falamy, Ryan .2012. Deteksi Jajanan Pasar Cincau Hitam Di Pasar Tradisional dan Swalayan Kota Bandar Lmpung. MAJORITY (Medical Journal of Lampung University).
4. Jawetz M, Melnick R, Adelberg. 2014. Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : EGC. p 199-200.
5. Multidrug resistant organism [Internet] 2007 (cited 2 Februari 2017). Available from : www.premierinc.com/safety/topics/HAI/HAI-Multidrug-resistant.jps
6. Manhal, F.S and Hashim, J.Q. 2016. Evaluation of ESBL in Gram Negative Rods Isolated From Tigris River In Baghdad City. Republic of Iraq. Available from : http// www.journalaijar.com.
7. Struthers J.K, Westran S.P. 2003. Clinical Bacteriology. London : Manson Publishing. P.58.
8. Cappucino, J.G dan Sherman, N. 2014. Manual Laboratorium Mikrobiologi Edisi 8. Jakarta : penerbit EGC.
9. Lay BW., Hastowo 1992. Analisis Mikroba di Laboratorium. Rajawali Pers. Jakarta.
10. Staf Pengajar FKUI. 2002. Buku Ajar Mikrobiologi Kedokteran. Jakarta : Binarupa.
11. Vandepitte, dkk. 2010. Prosedur Laboratorium Dasar untuk Bakteriologis Klinis. Jakarta : EGC.
12. Yayan J, Ghebremedhin B, Rasche K. 2015. Antibiotic Resistance of Pseudomonas aeruginosa in Pneumonia at a Single University Hospital Center in Germany over a 10 Year Period. (Cited on : 4th Feb 2017). Available from : www.researchgate.net/journal.pone.0139836.
13. Batchoun, R.G et al.. 2009. ESBL among Gram-Negative Bacterial Isolates from Clinical Specimens in Three Major Hospitals in Northern Jordan. Jordan : Departement of Medical Laboratory Sciences University of Science and Technology Jordan.
14. Yuwono. 2011. Prevalensi Gen TEM pada Extended-Spectrum Beta Lactamases Producing Enterobacteriaceae. Jurnal Kedokteran dan Kesehatan Th. 43, NO. 1 Januari 2011 :3098-3102
15. Bradford P. Extended spectrum ß lactamases in the 21st century: characterization, epidemiology, and detection of this important resistance threat. Clinical Microbiology Revisi 2001; 14: 933-951
16. Nathisuwan S, Burgess DS, Lewis II Js. Extended Spectrum ß Lactamases : Epedimiology, Detection, and Treatment. Pharmacotherapy. 2001; 21(8); 920-8
17. Mc Evoy GK, Drug Information.eds. 2002 American Society of Healthy-System Pharmacist, Inc. Unites States of American : 764 – 782. 
18. Mansjoer, dkk. 2009. Dalam buku Ardiansyah, Muhamad. 2012. Medikal Bedah. Yogyakarta:Diva Press.
19. Sulaeman, LP. 2015. Deteksi Bakteri E.coli dan Shigella.sp dalam Telur Balado serta Resistensinya Terhadap Beberapa Antibiotik. Skripsi. Jakarta : UIN Syarif Hidayatullah.



Selasa, 24 Oktober 2017

CONTOH PROPOSAL DIKLAT

I      PROPOSAL DIKLAT
       
        I. PENDAHULUAN
            Puja dan puji syukur marilah sama – sama kita ucapkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta hidayah-Nya karena sampai saat ini kita masih diberi kesehatan baik jasmani maupun rohani sehingga kita dapat melakukan aktifitas dengan sempurna.
            Dalam kegiatan ini diharapkan para anggota PMR dapat meningkatkan kreatifitas tentang PMR khususnya dan meningkatkan kualitas pengetahuan pada umumnya serta diharapkan siswa dapat memenuhi tuntutan sebagaimana mestinya.
II.      MAKSUD DAN TUJUAN
1.      Saling mengenal satu sama lain antar anggota.
2.      Menciptakan kekeluargaan.
3.      Menciptakan rasa kebersamaan.
4.      Menciptakan rasa tanggung jawab.
5.      Meningkatkan kekompakan antar anggota.

III.     WAKTU DAN TEMPAT PELAKSANAAN
Acara akan dilaksanakan di sekolah SMA PERTIWI
Hari                 :Minggu -Minggu
Tanggal            : 03&10 september 2017
Waktu              : 07.00-15.00
IV.     JUMLAH PESERTA

1.      Kelas X                 : 80
2.      Kelas XI                : 20
3.      Fasilitator              : 1
4.      Pemateri                : 2
5.      Pembina                : 4






V.     Susunan Kepanitiaan

·         Penasehat                                   : Drs. Suparto, Mpd

·         Penanggungjawab                      :-    Resha , S.E
-          Selli, S.pd,MM
-          Drs. deni
-           Sulis, S.Si

·         Pembina PMR                            :  Wina

·         Pelatih PMR                               : Deka

·         Ketua                                         : Siti

·         Wakil ketua                                : tina

·         Sekretaris                                   : rita

·         Bendahara                                  : fita

·         Seksi  Konsumsi                         : -fency
                                                               -fira
                                                      -lita
                                                               -afif
                                                    
·         Seksi Perlengkapan                    : -rika
                                                     -rini
                                                     -Dyah
·         Seksi Acara                                : -dita
                                                     -Nafa"

·         Seksi Humas                              : bintang

·         Seksi Dokumentasi                    : felix







VI.  Susunan Acara
NO.
JAM
KEGIATAN
PELAKSANA
1.
15.00 – 15.30
Upacara Pembukaan
Anggota
2.
15.30 – 16.15
Pree Test
Anggota
3.
16.15 – 17.00
Management Pelatihan
Anggota
4.
17.00 – 18.30
ISOMA
Seluruh

5.
18.30 – 19.15

Materi Sejarah Gerakan PMI

Anggota
19.15 – 20.00
20.00 – 20.45
6.
20.45 – 02.00
Sholat Isya’ + Tidur
Seluruh
10.
04.30 – 05.30
Istirahat
Anggota
11.
05.30 – 06.30
Senam Pagi + Game
Seluruh
12.
06.30 – 07.00
Makan + Mandi
Seluruh
13.
07.30 – 08.15
Materi Lambang PMI
Anggota
08.15 – 09.00
14.
09.00 – 09.45
Materi Management PMI
Anggota
09.45 – 10.30
15.
10.30 – 11.15
HPI
Anggota
11.15 – 12.00
16.
12.00 – 13.00
ISOMA
Seluruh

17.
13.00 – 13.45

HPI

Anggota
13.45 – 14.30
14.30 – 15.00
18.
15.00 – 16.00
Ujian Kepalangmerahan
Anggota
19.
16.00 – Selesai
Sholat Asar + Penutupan + Pulang
Anggota

VII.       ANGGARAN DANA
Terlampir



I.                  PENUTUP
            Demikian proposal untuk kegiatan “DIKLAT ANGGOTA BARU” . Acara ini akan diikuti oleh seluruh anggota PMR SMA “AL-ISLAM” KRIAN. Besar harapan kami PMR SMA “AL-ISLAM” KRIAN kepada semua pihak yang telah bersangkutan, agar dapat menyetujui proposal yang telah dibuat ini, kami selaku anggota PMR SMA “AL-ISLAM” KRIAN mengucapkan terima kasih.

Ketua Pelaksana                                                                                              Sekretaris



PRIMASTRI DINA                                                                         NAILA NABILA
Pembina PMR                                                                                                  Pelatih PMR



WINA FENDY                                                                                         MAGDALENA
Pembina OSIS                                                                                                  Ketua OSIS

          

Gunawan Boris                                                                                              Rizal jamil
Mengetahui
Wakasek kesiswaan


Sukijon, Spd





MEMO
KEPALA SMA PERTIWI

           ..........................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................................


Krian, ……………….  2017
Kepala SMA PERTIWI


                                                                                                            Drs. H. Suparto, Mpd