Pengikut

Sabtu, 18 Juni 2016

Laporan urinaria anfisman




LAPORAN PRAKTIKUM
STRUKTUR ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM
URINARIA MANUSIA
Dosen Pengampu Mata Kuliah Anatomi FisiologiManusia
Martina Kurnia Rohmah, S.Si,. M.Biomed
Acivrida Mega Charisma, S.Si,. M.Si



 
 








Nama Kelompok :
1.      Ike Yuyun                                  (15010100005)
2.      Kharisma Aprilia P                     (15010102006)
3.      Merinsa Chorry .H                     (15010101009)
4.      Tami Al Riyanti                         (15010103017)


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN
RUMAH SAKIT ANWAR MEDIKA
D3 Analis Kesehatan
2015/2016



A.    JUDUL  PRAKTIKUM   : STRUKTUR ANATOMI DAN FISIOLOGI SISTEM PENCERNAAN MANUSIA

B.     TUJUAN PRAKTIKUM :
         Memahami dan menjelaskan struktur anatomi sistem pencernaan pada manusia dan kerja enzim pencernaan.

C.    DASAR TEORI :
Berbagai produk sisa yang dihasilkan dari aktivitas metabolisme dalam tubuh merupakan zat sisa yang harus dibuang keluar tubuh demi kenormalan fungsi-fungsi fisiologis. Zat-zat utama yang dianggap sebagai sisah hasil metabolisme adalah karbondioksida, air, dan senyawa-senyawa nitrogen. Jika zat-zat sisah jika berada di dalam tubuh akan menimbulkan efek yang berbahaya sehingga harus dikeluarkan sebisa mungkin melalui proses-proses ekskresi. Jadi secara sederhana proses ekskresi adalah proses pembuangan zat-zat sisah dari jaringan tubuh ke luar tubuh (Santoso,2009). Beberapa istilah yang erat kaitannya dengan sistem pengeluaran ini adalah :
1.      Defekasi : yaitu proses pengeluaran sisa pencernaan makanan yang disebut feses. Zat yang dikeluarkan belum pernah mengalami proses metabolisme di dalam jaringan. Zat yang dikeluarkan meliputi zat yang tidak diserap usus sel epitel, usus yang rusak dan mikroba usus.
2.      Eksresi : yaitu pengeluaran zat sampah sisa metabolisme yang tidak berguna lagi bagi tubuh.
3.      Sekresi : yaitu pengeluaran getah oleh kelenjar pencernaan ke dalam saluran pencernaan. Getah yang dikeluarkan masih berguna bagi tubuh dan umumnya mengandung enzim.
4.      Eliminasi : yaitu proses pengeluaran zat dari rongga tubuh, baik dari rongga yang kecil (saluran air mata) maupun dari rongga yang besar (usus) (Guyton, 1987).
Sistem pengeluaran ini mempunyai beberapa fungsi, diantaranya adalah :
1.      Membuang limbah yang tidak berguna dan beracun dari dalam tubuh.
2.      Mengatur konsentrasi dan volume cairan tubuh (osmoregulasi).
3.      Mempertahankan temperatur tubuh dalam kisaran normal (termoregulasi).
 4.   Homeostasis (Guyton, 1987).
Pada sistem urinari, ginjal memiliki peranan yang sangat penting karena ia memiliki dua fungsi utama, yaitu  filtrasi  dan  reabsorpsi.  Selain  itu,  ginjal  juga memiliki  peranan  penting  dalam  sistem  sirkulasi darah.  Ginjal  turut  berperan  dalam  proses pembentukan  sel  darah  merah  dan  menjaga  tekanan darah (Soewolo, 1997). Ginjal  merupakan  organ  ekskresi  utama yang  sangat  penting  untuk  mengeluarkan sisa-sisa  metabolisme  tubuh,  termasuk  zatzat  toksik  yang  tidak  sengaja  masuk  ke dalam tubuh akibatnya ginjal menjadi salah satu  organ  sasaran  utama  dari  efek  toksik. Urin  sebagai  jalur  utama  ekskresi,  dapat mengakibatkan  ginjal  memiliki  volume darah  yang  tinggi,  mengkonsentrasikan toksikan  pada  filtrat,  membawa  toksikan melalui  sel  tubulus  dan  mengaktifkan toksikan  tertentu (Arthur, 1999).
Ginjal manusia berjumlah 2 buah, terletak di pinggang sedikit di bawah tulang rusuk bagian belakang. Ginjal mempunyai ukuran panjang sekitar 7 em dan tebal 3 em, terbungkus dalam kapsul yang terbuka ke bawah. Di antara ginjal dan kapsul terdapat jaringan lemak yang membantu melindungi ginjal terhadap goneangan. Pada orang yang kekurangan makan, lemak ini akan menipis sehingga perlindungan ginjal juga terganggu. Tepat di ujung atas ginjal terdapat kelenjar anak ginjal (suprarenalgland) yang vital dan merupakan bagian dari sistem endokrin. Dalam waktu 1 menit sekitar 20% darah manusia mengalir melewati ginjal untuk dibersihkan. Darah itu melalui pembuluh nadi ginjal (renal artery)masuk jaringan ginjal bercabang-cabang sampai menjadi kapiler dan mencapai suatu bangunan yang dinamakan glomerulus. Glomerulus ini menyerupai gelas untuk minum anggur dan pembuluh kapiler mengisi bagian dalam gelas tersebut (Mader,2004).
Glomerulus berfungsi sebagai ultarfiltrasi pada simpain Bowman, berfungsi untuk menampung hasil filtrasi dari glomerulus. Pada tubulus ginjal akan terjadi penyerapan kembali zat-zat yang sudah disaring pada glomerulus, sisa cairan akan diteruskan ke piala ginjal terus berlanjut ke ureter. Urin berasal dari darah yang dibawa arteri renalis ke dalam ginjal, daerah ini terdiri dari bagian yang padat yaitu sel darah dan bagian plasma darah. Ada tiga tahap pembentukan urin: (1) Proses filtrasi terjadi pada glomerulus, proses ini terjadi karena permukaan eferen lebih besar maka akan terjadi penyerapan darah. Sedangkan sebagian yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein. Cairan yang tersaring ditampung oleh simpai Bowman yang terdiri dari glukosa, air, natrium, klorida, sulfat, bikarbonat dan lain-lain, yang diteruskan ketubulus ginjal. (2) Proses reabsorbsi, pada proses ini terjadi penyerapan kembali sebagian besar glukosa, natrium, klorida, fosfat dan ion bikarbonat. Prosesnya yang dikenal dengan obligator reabsorbsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal pada bagian bawah terjadi kembali penyerapan natrium dan ion bikarbonat. Bila diperlukan akan diserap kembali ke dalam tubulus bagian bawah. Penyerannya terjadi secara aktif dikenal dengan reabsorsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada papilla renalis. (3) Proses sekresi sisanya penyerapan urine kembali yang terjadi pada tubulus dan direruskan ke piala ginjal selanjutnya diteruskan ke ureter masuk ke vesika urinaria (Syaifuddin, 2006).
Penyaringan (Filtrasi), Filtrasi darah terjadi di glomerulus, dimana jaringan kapiler dengan struktur spesifik dibuat untuk menahan komonen selular dan medium-molekular-protein besar kedalam sistem vaskular, menekan cairan yang identik dengan plasma di elektrolitnya dan komposisi air. Cairan ini disebut filtrate glomerular. Tumpukan glomerulus tersusun dari jaringan kapiler. Di mamalia, arteri renal terkirim dari arteriol afferent dan melanjut sebagai arteriol eferen yang meninggalkan glomrerulus. Tumpukan glomerulus dibungkus didalam lapisan sel epitelium yang disebut kapsula bowman. Area antara glomerulus dan kapsula bowman disebut bowman space dan merupakan bagian yang mengumpulkan filtrate glomerular, yang menyalurkan ke segmen pertama dari tubulus proksimal. Struktur kapiler glomerular terdiri atas 3 lapisan yaitu : endotelium kapiler, membran dasar, epitelium viseral. Endotelium kapiler terdiri satu lapisan sel yang perpanjangan sitoplasmik yang ditembus oleh jendela atau fenestrate. Dinding kapiler glomerular membuat rintangan untuk pergerakan air dan solute menyebrangi kapiler glomerular. Tekanan hidrostatik darah didalam kapiler dan tekanan oncotik dari cairan di dalam bowman space merupakan kekuatn untuk proses filtrasi. Normalnya tekanan osmotik di bowman space tidak ada karena molekul protein yang medium-besar tidak tersaring. Rintangan untuk filtrasi (filtration barrier) bersifat selektif permeabel. Normalnya komponen seluler dan protein plasma tetap didalam darah, sedangkan air dan larutan akan bebas tersaring (Guyton, 1987).
Penyerapan (Absorsorbsi), Tubulus proksimal bertanggung jawab terhadap reabsorbsi bagian terbesar dari filtered solute. Kecepatan dan kemampuan reabsorbsi dan sekresi dari tubulus renal tiak sama. Pada umumnya pada tubulus proksimal bertanggung jawab untuk mereabsorbsi ultrafiltrate lebih luas dari tubulus yang lain. Paling tidak 60% kandungan yang tersaring di reabsorbsi sebelum cairan meninggalkan tubulus proksimal. Tubulus proksimal tersusun dan mempunyai hubungan dengan kapiler peritubular yang memfasilitasi pergherakan dari komponen cairan tubulus melalui 2 jalur : jalur transeluler dan jalur paraseluler. Jalur transeluler, kandungan (substance) dibawa oleh sel dari cairan tubulus melewati apikal membran plasma dan dilepaskan ke cairan interstisial dibagian darah dari sel, melewati basolateral membran plasma (Sherwood, 2008). Augmentasi adalah proses penambahan zat sisa dan urea yang mulai terjadi di tubulus kontortus distal. Komposisi urin yang dikeluarkan lewat ureter adalah 96% air, 1,5% garam, 2,5% urea, dan sisa substansi lain, misalnya pigmen empedu yang berfungsi memberi warm dan bau pada urin. Zat sisa metabolisme adalah hasil pembongkaran zat makanan yang bermolekul kompleks. Zat sisa ini sudah tidak berguna lagi bagi tubuh. Sisa metabolisme antara lain, CO2, H20, NHS, zat warna empedu, dan asam urat. Karbon dioksida dan air merupakan sisa oksidasi atau sisa pembakaran zat makanan yang berasal dari karbohidrat, lemak dan protein. Kedua senyawa tersebut tidak berbahaya bila kadarnya tidak berlebihan. Walaupun CO2 berupa zat sisa namun sebagian masih dapat dipakai sebagai dapar (penjaga kestabilan PH) dalam darah. Demikian juga H2O dapat digunakan untuk berbagai kebutuhan, misalnya sebagai pelarut (Guyton, 1987). Ginjal mengendalikan  tekanan  darah  melalui beberapa cara. Jika tekanan darah meningkat, ginjal akan menambah pengeluaran garam dan air  yang  akan  menyebabkan  berkurangnya volume  darah  serta  mengembalikan  tekanan darah  ke  kondisi  normal.  Ginjal  juga  bisa meningkatkan  tekanan  darah  dengan menghasilkan  enzim  yang  disebut  renin  yang memicu pembentukan hormon angiotensi yang kemudian  akan  memicu  pelepasan  hormon aldosteron (Gunarso, 1979).

D.    Alat dan Bahan
   Alat yang digunakan dalam praktikum ini adalah
·         Tabung reaksi + rak
·         Beaker Glass
·         Buku petunjuk praktikum dan buku kerja
Bahan yang digunakan dalam praktikum ini adalah
·         Urine beberapa subjek
·         Kertas lakmus
·         Reagen Strip Urinalisis
E.     SKEMA KERJA
Pengamatan Urine


 














F.  HASIL PENGAMATAN

 


















1.      Pengamatan Urinalisis
Parameter
Subjek
Ike Yuyun
Merinsa


Warna
Kuning
Kuning bening


Endapan
-
-


Ph
6
5


Leukosit
- / Negatif
- / Negatif


Nitrogen
- / Negatif
- / Negatif


Protein
- / Negatif
- / Negatif


Glukosa
- / Negatif
- / Negatif


Keton
- / Negatif
- / Negatif


Urobilirubin
0,2 / 3,5
0,2 / 3,5


Bilirubin
- / Negatif
- / Negatif


Eritrosit
-
-


Hemoglobin (Hb)
-
-


Berat Jenis (BJ)
-
-


Blood
- / Negatif
- / Negatif





G.    PEMBAHASAN
   Urinalisis adalah tes yang dilakukan pada beberapa sampel urin yang bertujuan untuk mendiagnosis infeksi saluran kemih, batu ginjal, skrinning dan evaluasi berbagai jenis penyakit ginjal dan memantau perkembangan penyakit.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat dihasilkan bahwa Ph urin setelah dilakukan pengamatan menggunakan Reagen Strip maka dihasilkan pH 6 pada subjek 1 (Ike Yuyun) dan Ph 5 pada subjek 2 (merinsa). Hal ini menandakan bahwa urin kedua subjek mempunyai pH normal. pH normal urin yaitu berkisar dari 4,5 – 8,0. Diketahui juga menurut referensi Sherwood (2008) bahwa keadaan-keadaan yang dapat mempengaruhi pH urine : 1. pH basa : setelah makan, vegetarian, alkalosis sistemik, infeksi saluran kemih (Proteus atau Pseudomonas menguraikan urea menjadi CO2 dan ammonia), terapi alkalinisasi, asidosis tubulus ginjal, spesimen basi. 2. pH asam : ketosis (diabetes, kelaparan, penyakit demam pada anak), asidosis sistemik (kecuali pada gangguan fungsi tubulus, asidosis respiratorik atau metabolik memicu pengasaman urine dan meningkatkan ekskresi NH4+), terapi pengasaman. Maka dalam praktikum dapat dihasilkan pH urin subjek 2 lebih asam daripada urin subjek 1, maka hal ini dapat disebabkan beberapa faktor bahwa subjek 2 setelah makan, maupun mengonsumsi vegetarian. Namun pH berkisan 4,4-8,0 masih dalam tahap normal.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat dihasilkan bahwa subjek 1 dan subjek 2 tidak ada endapan dalam urinnya berarti kondisi urine dari subjek tersebut normal. Apabila urine terdapat endapan banyak maka dapat dipastikan subjek tersebut urinenya mengandung glukosa tinggi (diabetes mellitus). Hal sesuai dengan referensi dari
   Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat dihasilkan bahwa  kandungan protein pada subjek 1 dan subjek 2 yaitu dihasilakan negatif (-) setelah dilakukan pengamatan menggunakan Reagen Strip. Hal ini menandakan bahwa pada subjek 1 dan subjek 2 kandungan proteinnya normal. Menurut referensi Carlos (1998) normal ekskresi protein urine biasanya tidak melebihi 150 mg/24 jam atau 10 mg/dl dalam setiap satu spesimen. Lebih dari 10 mg/ml didefinisikan sebagai proteinuria. Menurut referensi Santoso (2009) faktor-faktor yang mempengaruhi kandungan protein tinggi adalah Sejumlah kecil protein dapat dideteksi dari individu sehat karena perubahan fisiologis. Selama olah raga, stres atau diet yang tidak seimbang dengan daging dapat menyebabkan protein dalam jumlah yang signifikan muncul dalam urin. Pra-menstruasi dan mandi air panas juga dapat menyebabkan jumlah protein tinggi. Protein terdiri atas fraksi albumin dan globulin. Peningkatan ekskresi albumin merupakan petanda yang sensitif untuk penyakit ginjal kronik yang disebabkan karena penyakit glomeruler, diabetes mellitus, dan hipertensi. Sedangkan peningkatan ekskresi globulin dengan berat molekul rendah merupakan petanda yang sensitif untuk beberapa tipe penyakit tubulointerstitiel.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat dihasilkan bahwa kandungan glukosa pada subjek 1 dan subjek 2 setelah pengamatan Reagen Strip dihasilkan negative (-). Hal ini bahwa kandungan kedua subjek normal. Menurut referensi Carlos (1998) ada 2 cara menentukan kadar glukosa yaitu dengan cara enzimatik dapat mendeteksi kadar glukosa urin sampai 100 mg/dl, sedangkan pada cara reduksi hanya sampai 250 mg/dl. Kurang dari 0,1% dari glukosa normal disaring oleh glomerulus muncul dalam urin (kurang dari 130 mg/24 jam). Glukosuria (kelebihan gula dalam urin) terjadi karena nilai ambang ginjal terlampaui atau daya reabsorbsi tubulus yang menurun. Glukosuria umumnya berarti diabetes mellitus. Namun, glukosuria dapat terjadi tidak sejalan dengan peningkatan kadar glukosa dalam darah, oleh karena itu glukosuria tidak selalu dapat dipakai untuk menunjang diagnosis diabetes mellitus.
Untuk pengukuran glukosa urine, reagen strip diberi enzim glukosa oksidase (GOD), peroksidase (POD) dan zat warna.
Berdasarkan hasil praktikum, kandungan nitrogen pada kedua subjek negatif berarti kondisi urine subjek dalam keadaan normal. Menurut referensi dari Ajubi, dkk (2005) di dalam urine orang normal terdapat nitrat sebagai hasil metabolisme protein, yang kemudian jika terdapat bakteri dalam jumlah yang signifikan dalam urin (Escherichia coli, Enterobakter, Citrobacter, Klebsiella, Proteus) yang megandung enzim reduktase, akan mereduksi nitrat menjadi nitrit. Hal ini terjadi bila urine telah berada dalam kandung kemih minimal 4 jam. Hasil negative bukan berarti pasti tidak terdapat bakteriuria sebab tidak semua jenis bakteri dapat membentuk nitrit, atau urine memang tidak mengandung nitrat, atau urine berada dalam kandung kemih kurang dari 4 jam. Disamping itu, pada keadaan tertentu, enzim bakteri telah mereduksi nitrat menjadi nitrit, namun kemudian nitrit berubah menjadi nitrogen.
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat dihasilkan bahwa leukosit pada subjek tidak ada atau dalam keadaan normal. Menurut referensi dari Ajubi, dkk (2005) bahwa kelainan pada urine yang disebabkan adanya eritrosit di dalamnya dapat diidentifikasikan sebagai penyakit hematuria. Hematuria mungkin karena diatesis perdarahan umum atau masalah saluran kemih spesifik (trauma, batu, infeksi, keganasan, dll). Hematuria nongmerular mungkin merupakan tanda dari keganasan saluran kemih, yang dapat menjamin penyelidikan sitologi lebih menyeluruh.
Berdasarkan hasil dari uji urine dari subjek 1 dan subjek 2, hasil bilirubinnya negatif berarti urine dari subjek 1 dan subjek 2 dalam keadaan normal. Menurut Ajubi, dkk (2005) bahwa tingkat abnormal tinggi dari bilirubin darah mungkin akibat dari peningkatan laju kerusakan sel darah merah, kerusakan hati (seperti pada hepatitis dan sirosis), dan obstruksi saluran empedu seperti dengan batu empedu. Peningkatan hasil bilirubin darah di kuning, suatu kondisi yang ditandai oleh pigmentasi kuning kecoklatan kulit dan sclera mata.
Berdasarkan uji urine yang telah dilakukan, hasil urine dari subjek 1 dan subjek 2 tidak ada kandungan hemoglobin di dalam urinenya, hal ini berarti hasil urine dari kedua subjek adalah normal. Berdasakan referensi dari Ajubi, dkk (2005) bahwa Hemoglobinuria adalah sugestif dari in vivo hemolisis, tetapi harus dibedakan dari hematuria. Dalam kasus hemoglobinuria, dipstick urin menunjukkan adanya darah, tetapi tidak ada sel darah merah yang terlihat pada pemeriksaan mikroskopis. Jika hematuria diikuti oleh artefak ex vivo atau hemolisis vitro dalam urin yang dikumpulkan, kemudian tes dipstick juga akan positif bagi hemoglobin dan akan sulit untuk menafsirkan. Warna urine mungkin juga merah karena ekskresi pigmen kemerahan atau obat-obatan.
Berdasakan uji urine yang telah dilakukan, hasil urine dari subjek 1 dan subjek 2 tidak ada kandungan urobilinogen di dalam urinenya, hal ini berarti hasil urine dari kedua subjek adalah normal. Menurut Ajubi, dkk (2005) bahwa Peningkatan ekskresi urobilinogen dalam urine terjadi bila fungsi sel hepar menurun atau terdapat kelebihan urobilinogen dalam saluran gastrointestinal yang melebihi batas kemampuan hepar untuk melakukan rekskresi. Urobilinogen meninggi dijumpai pada : destruksi hemoglobin berlebihan (ikterik hemolitika atau anemia hemolitik oleh sebab apapun), kerusakan parenkim hepar (toksik hepar, hepatitis infeksiosa, sirosis hepar, keganasan hepar), penyakit jantung dengan bendungan kronik, obstruksi usus, mononukleosis infeksiosa, anemia sel sabit. Urobilinogen urine menurun dijumpai pada ikterik obstruktif, kanker pankreas, penyakit hati yang parah (jumlah empedu yang dihasilkan hanya sedikit), penyakit inflamasi yang parah, kolelitiasis, diare yang berat.
Hasil positif juga dapat diperoleh setelah olahraga atau minum atau dapat disebabkan oleh kelelahan atau sembelit. Orang yang sehat dapat mengeluarkan sejumlah kecil urobilinogen.

H.    KESIMPULAN
Berdasarkan praktikum yang telah dilakukan dapat disimpulkan bahwa pada kedua subjek setelah diuji fungsi ginjal keduanya normal tidak ada kandungan leukosit, nitrogen, protein, glukosa, keton, endapan, bilirubin, dan darah. Warna urin pada kedua subjek yaitu  kuning. Ph kedua subjek antar 5-6 dengan kandungan urobilinogen 0,2 / 3,5.
                 
I.       DAFTAR PUSTAKA
Ajubi NE, Nijholt N, and Wolthuis A (2005). Quantitative automated human chorionic gonadotropin measurement in urine using the Modular Analytics E170 module (Roche). Clinical Chemistry and Laboratory Medicine 43 (1): 68–70
Arthur. 1999. Kamus Pintar Bergambar. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.

Carlos, 1998. Histologi Dasar. Jakarta: EGC.

Gunarso, Wisnu. 1979. Dasar-Dasar Histologi. Jakarta: Erlangga.

Guyton, Arthur C. 1987. Fisiologi manusia dan Mekanisme Penyakit. Edisi Revisi.Jakarta:  EGC.

Mader,Sylvia.2004. Human Understanding Of Anatomy and Phisiology. The McGraw:Hill Companies.

Santoso, Putra. 2009. Buku Ajar Fisiologi Hewan. Padang:Universitas Andalas

Sherwood, L. 2008. Human Physiology From Cells to Systems edisi 7. USA: Graphic World Inc.

Soewolo, 1997. Pengantar Fisiologi Hewan. Jakarta: Depdiknas.

Syaifuddin. 2006. Anatomi Fisiologi. Jakarta: Buku Kedokteran.

1 komentar:

  1. Top 10 Casinos in Las Vegas, NV (Mapyro
    Las Vegas casinos · 1. Bally's Las Vegas 경상북도 출장안마 Casino & Hotel · 구미 출장안마 2. Planet Hollywood Casino at Virgin Hotels 하남 출장마사지 Las Vegas. · 3. Encore 보령 출장안마 at Wynn Las Vegas · 4. 성남 출장샵 Red Rock Casino

    BalasHapus